Negara-Negara Korban "Malapetaka" Baru Bumi: Inggris-China
NEWS.VRINFORMATIONS.COM - Krisis yang disebabkan perubahan
iklim terus muncul di dunia. Sejumlah negara-negara maju kini terancam.
Kekeringan membawa "malapetaka" pangan bagi
Inggris. Sementara Jerman memberi alarm pada industri dan Prancis mengabarkan
pasokan air warga kritis.
Logistik di Terusan Panama juga sudah terganggu. China bahkan
terancam mengurangi produksi beras yang membawa harga dunia melambung tinggi.
Lalu bagaimana rinciannya? Berikut beberapa negara yang
telah mengalami gangguan cuaca akibat krisis iklim sebagaimana dirangkum CNBC
Indonesia, Jumat (18/8/2023):
Inggris
Situasi Inggris saat ini tak aman. Pasalnya pasokan buah dan
sayuran segar terancam kekeringan yang terjadi di Eropa akibat perubahan iklim.
Inggris selama ini mengimpor bahan-bahan tersebut dari
Mediterania. Namun, dalam data Energy and Unit Intelijen Iklim (ECIU) semua
buah dan sayur ke depan akan menjadi lebih mahal dan lebih sulit diperoleh.
"Ini akibat panas ekstrim yang menyebabkan berkurangnya
hasil panen," tulis memuat hasil studi awal pekan ini.
Baca: Perang Rusia-Ukraina! Turki Beri Peringatan, Putin
Sorot Asia
Menanam langsung di Inggris pun tak bisa dilakukan. Banyak
makanan yang diimpor dari Mediterania tidak dapat ditanam dengan model
pertanian biasa di kerajaan itu.
Menanam sendiri berarti harus menggunakan proses yang lebih
mahal dan energi intensif untuk membuatnya berkembang. Selain itu, banyak yang
tidak dapat ditanam di Inggris dalam skala besar, seperti kembang kol, brokoli,
dan stroberi.
"Ini juga mencakup hampir dua pertiga mentimun dan
tomat serta hampir seperlima dari keseluruhan pasokan bawang," tambahnya.
"Ini juga terkait lebih dari setengah lemon dan paprika
Inggris berasal dari Mediterania dan dua pertiga jeruk serta 40% anggur meja.
Minyak zaitun juga terancam, di mana Inggris mendapat 80% pasokannya dari
wilayah tersebut," muat media itu lagi.
Berdasarkan data 2022, lebih dari seperempat impor makanan
Inggris atau 9,8 miliar kg (senilai lebih dari 16 miliar poundstreling) berasal
dari wilayah Mediterania. Spanyol salah satunya dengan sumbangan 7% dari impor
makanan Inggris atau senilai 4 miliar poundstreling.
"Selain krisis iklim, kita juga berada dalam krisis
kesehatan masyarakat. Sebagian besar dari kita sudah tidak cukup makan buah dan
sayuran, dan seringkali pola makan yang lebih sehat cenderung lebih
mahal," kata Kepala Program internasional Unit Intelijen Energi &
Iklim, Gareth Redmond-King, dimuat The Guardian.
"Karena dampak perubahan iklim cenderung membuat
makanan sehat yang seharusnya kita makan menjadi lebih mahal, bahkan menjadi
lebih sulit diakses oleh masyarakat termiskin," tambahnya.
Prancis
Kekeringan kini menghantam Prancis di wilayah selatan.
Temperatur yang tinggi dan curah hujan yang rendah kini telah mengakibatkan
masalah pasokan air bersih di seluruh negeri.
Menurut laporan Euro News, lebih dari 300.000 penduduk
komune mengalami gangguan pasokan air pekan ini. Sekitar 67 komune sekarang
menerima air dengan kapal tanker dan 18 dengan botol.
Seperti sebagian besar Eropa, Prancis menderita cuaca panas
yang tidak biasa sepanjang musim panas. Pada Juni, Badan Kekeringan Eropa
mengklasifikasikan sepertiga benua berada dalam kondisi kekeringan, dengan 10%
Eropa dalam keadaan krisis.
Peristiwa cuaca ekstrem didorong oleh pola cuaca El NiƱo.
Ini bertambah parah dengan efek emisi gas rumah kaca terhadap lingkungan
sekitar.
Namun tingkat air Prancis yang rendah bukan hanya akibat
gelombang panas tahun ini. Ini terjadi sebagai konsekuensi dari suhu yang lebih
tinggi dari rata-rata selama lebih dari satu tahun.
"Tahun 2022 adalah tahun terpanas di negara itu dalam
catatan dan diikuti oleh tahun 2023 yang sangat kering. Antara 21 Januari dan
21 Februari, tidak ada hujan yang turun sama sekali di Prancis," muat
media itu.
"Meskipun ada beberapa curah hujan dalam beberapa bulan
terakhir, tanah Prancis sudah terlalu kering untuk menampungnya. Ini artinya
sebagian besar air mengalir atau diserap oleh tanaman," ungkapnya.
Jerman
Kekeringan yang melanda Jerman membuat Sungai Rhein, yang
menjadi poin vital transportasi logistik, mengalami penyusutan dan
pendangkalan. Hal ini berdampak pada gangguan pengiriman barang.
Sungai sepanjang 1.230 km itu adalah arteri komersial untuk
80% pengiriman barang ke pedalaman Jerman. Komoditas yang dikirim melalui jalur
air itu termasuk minyak mentah dan gas alam.
Tetapi setelah pendangkalan pada tahun 2018 dan 2022,
kedalaman Sungai Rhine kembali mencapai titik terdangkal tahun ini, yang
membuat kapal pengangkut tak bisa melintasi jalur air itu. Di Kaub, checkpoint
untuk tongkang, permukaan air turun ke level terendah tahun ini pada awal
pekan.
Salah satu perusahaan yang menggunakan Sungai Rhein sebagai
urat nadi operasi adalah Covestro. Pembuat bahan kimia itu mengangkut lebih
dari 30% barang jadinya dan menerima sebagian besar bahan baku untuk
memproduksinya melalui Rhine.
Covestro sendiri telah melakukan beberapa hal untuk
mengakali situasi ini. Perusahaan tersebut telah menyewa dua tongkang air
rendah yang mampu memasok pelanggan dengan asam klorida bahkan ketika level
Rhine di Cologne turun menjadi 0,40 meter.
"Perubahan iklim dan meningkatnya tingkat air yang
rendah merupakan tantangan yang signifikan bagi Covestro serta perusahaan
lain," kata Uwe Arndt, yang mengepalai satuan tugas Covestro di Rhine,
kepada Reuters, Juli lalu.
Sekitar 260 km menyusuri sungai, perusahaan cat dan bahan kimia terkemuka dunia, BASF, juga mulai menggunakan kapal air rendah untuk memasok hub Ludwigshafen, yang mendapatkan sekitar 40% bahan mentahnya melalui Rhine.
"Dalam kasus bahan kimia yang mudah terbakar dan
beracun, sungai seringkali merupakan satu-satunya pilihan transportasi yang
layak. Tetapi tingkat Kaub di bawah satu meter berarti bahwa tongkang tradisional
harus mengurangi kargo mereka lebih dari setengahnya menjadi di bawah 1.500
metrik ton," kata perusahaan pengiriman DTG.
Dampak rendahnya muka air tidak terbatas pada bisnis besar.
Produk domestik bruto Jerman menyusut 0,4% pada 2018 karena lalu lintas Rhine
melambat.
"Sebagai patokan, jika ketinggian air di Kaub turun di
bawah 78 sentimeter selama 30 hari berturut-turut, seperti yang terjadi pada
tahun 2022 dan 2018, produksi industri turun sebesar 1%," menurut Kiel
Institute for the World Economy.
Terusan Panama
Terusan Panama di Benua Amerika dilaporkan juga mengering.
Padahal terusan ini merupakan jalur transportasi dan logistik penting dunia
itu.
Hal ini memengaruhi kapal-kapal ekspor impor yang ingin
melintas. Bahkan, jumlah kapal yang menunggu untuk menyeberangi Terusan Panama
kini mencapai ratusan yang ditunjukan oleh foto satelit.
Mengutip CNCB International, sejak 8 Agustus, Otoritas
Terusan Panama (PAC) memang mengurangi slot perjalanan. Kekeringan sejak akhir
Juli memang menjadi penyebab.
Terusan Panama akan selalu kehilangan 50 juta galon air
ketika satu kapal melintasi kanal. Namun situasi memburuk setelah air Danau
Gatun, yang mengaliri kanal, berada pada titik terendah dalam empat tahun.
Saat ini waktu tunggu untuk menyeberangi kanal rata-rata
sekitar 21 hari. Ini lebih lama dari sebelumnya.
"Bagi kapal Panamax, yang merupakan kapal terbesar
dengan kapasitas bawaan 4.500 unit atju setara 20 kaki (TEU). Jumlah slot
dikurangi menjadi 14 dari 23 hari," kata PAC dikutip dari CNBC
International.
Kondisi kekeringan juga membuat PCA meminta kapal mengurangi
bawaan 40%. Ever Max, disebut terpaksa membongkar 1.400 kontainer di Pelabuhan
Balboa untuk memenuhi persyaratan dan mendapatkan jalur.
"Kontainer yang tersisa mungkin membutuhkan kapal lain
untuk menyelesaikan perjalanan," kata kepala MarineTraffic Amerika Utara,
Kapten Adil Ashiq.
"Ini akan menjadi lebih buruk sebelum menjadi lebih
baik," katanya.
Kekeringan di Terusan Panama saat ini telah membuat bisnis
mengambil rute alternatif. Hal ini menambah waktu dan biaya bahan bakar untuk
perjalanan tersebut.
"Biaya (tambahan) ini mungkin akan diturunkan ke bisnis
dan konsumen," tambahnya merujuk potensi kenaikan harga barang ke depan.
CEO perusahaan logistik OL USA, Alan Baer, juga membenarkan.
Pengiriman barang, tegasnya, mulai mencari rute lain.
"Dengan makin sulitnya mencapai Pantai Timur AS melalui Terusan Panama, importir mungkin melihat kapal yang transit di (Terusan) Suez," kata Baer menyebut kanal penting lain di Mesir.
Ia menambahkan, ini bisa menjadi solusi efektif untuk
pengiriman barang yang berasal dari wilayah China Selatan dan beberapa asal.
Namun, untuk China Utara dan Asia Utara, penyimpangan melalui Terusan Suez
dapat menambah waktu transit tambahan tujuh hingga 14 hari.
Di sektor energi, pengalihan juga mulai terlihat. S&P
Global melaporkan penundaan yang meningkat membuat kapal tanker, yang membawa
produk minyak olahan, menghindari kanal, dan mengalihkan preferensi mereka untuk
memesan rute ke Atlantik.
Data dari unit Commodities at Sea menunjukkan bahwa pada
periode gabungan Juni hingga Juli, ekspor produk minyak bersih Gulf Coast yang
menggunakan kanal turun 12% dari tahun ke tahun, pada Juli. Cheniere Energy
bahkan mengumumkan pada bulan Juli bahwa mereka akan menghindari Terusan Panama
untuk mengirimkan LNG karena waktu tunggu.
Padahal, kanal tersebut merupakan rute tercepat bagi pasar
LNG untuk mencapai Asia. Lalu lintas batu bara juga melakukan penyesuaian.
Perlu diketahui total kontainer yang menyeberang di Terusan
Panama mewakili 73% komoditas ekspor-impor AS. Sekitar 40% kontainer AS
melewati kanal itu setiap tahun dengan nilai US$ 270 miliar dalam bentuk kargo.
Sebelumnya, Kekeringan yang melanda Jerman membuat Sungai
Rhein, yang menjadi poin vital transportasi logistik, mengalami penyusutan dan
pendangkalan. Hal ini berdampak pada gangguan pengiriman barang.
Sungai sepanjang 1.230 km itu adalah "arteri"
komersial untuk 80% pengiriman barang ke pedalaman Jerman. Komoditas yang
dikirim melalui jalur air itu termasuk minyak mentah dan gas alam.
Amerika Serikat (AS)
Kekeringan yang disebabkan suhu udara yang tinggi ikut
dirasakan AS. Kekeringan dilaporkan telah mengancam produk pangan di beberapa
negara bagian cejas Juli.
Wilayah Illinois mencatatkan rekor terkering pada Juni lalu.
Para petani pun resah dengan kejadian ini, yang diikuti dengan naiknya harga
pupuk dan energi.
"Kami tahu kami mengalami beberapa kerusakan, beberapa
kehilangan hasil, dan beberapa hasil panen tidak sesuai dengan yang kami
inginkan, menjadi salah satu tanaman termahal, atau tanaman termahal yang
pernah kami tanam di tanah. Pada tahun seperti ini, kami membutuhkan lebih
banyak pendapatan daripada biasanya," jelas seorang petani bernama David
Meiss.
Di Kansas, peternak hewan pangan juga mengeluhkan situasi
kekeringan yang mengancam. Pasalnya, dengan suhu yang memanas dan kekeringan
hewan ternak ditakutkan tidak dapat menahan kondisi tersebut dan akhirnya bisa
mati.
"Air, air, air, itu adalah masalah nomor satu yang bisa
kita hadapi dengan ternak. Anda tidak dapat memiliki lebih banyak ternak
daripada air yang Anda miliki," kata peternak asal Kansas, Zach Blair.
Situasi serupa juga mengancam wilayah Barat Negeri Paman
Sam. Di Negara Bagian Washington, otoritas setempat telah mengumumkan deklarasi
kekeringan di 12 kabupaten wilayah itu.
Pada bulan Juni, negara bagian Washington hanya menerima 49% dari curah hujan biasanya, menghilangkan kelembaban terakhir dari tanah sebelum musim panas tiba.
"Aliran sungai dan tingkat reservoir di beberapa daerah
jauh di bawah normal, dengan prakiraan menunjukkan kemungkinan kecil bahwa
kondisi akan membaik musim panas ini," menurut Departemen Ekologi.
"Kondisi ini menyebabkan kesulitan yang tidak
semestinya bagi pengguna air, termasuk sistem air komunitas kecil dan
petani."
China
Berbeda dengan negara lain yang mengalami kekeringan, China
justru mengalami fenomena perubahan iklim lain yakni kebanjiran. Ini pun
mempengaruhi beras asal negeri itu.
Bahkan pasar beras global diyakini bakal mengalami tekanan
lagi. Kantong-kantong produksi beras kini mengalami hujan lebat dan banjir.
"Hujan lebat di wilayah timur laut penghasil
biji-bijian China yang akan mengurangi hasil panen," kata Fitch Ratings
dalam laporan baru-baru ini, seperti dikutip CNBC International pekan lalu.
"Kemungkinan akan memberikan tekanan pada harga beras
global yang sudah tinggi," jelasnya.
Secara rinci, tiga provinsi yang menyumbang 23% dari
produksi beras China memang kini dilanda banjir parah, yakni Mongolia Dalam,
Jilin dan Heilongjiang. Topan Doksuri salah satu badai terburuk dunia, melanda
China utara beberapa pekan ini, dengan curah hujan terberat dalam 140 tahun
terjadi di Kota Beijing.
"Banyak area produksi biji-bijian utama di ketiga
provinsi tersebut terkena dampak hujan lebat dan sisa-sisa Topan Doksuri,"
muat Fotch.
"Mereka akan menghadapi banjir lain saat Topan Khanun
bergerak ke utara," tambah laporan tersebut.
Lebih lanjut Fitch menyebut ladang gandum basah yang
dihasilkan akan mengurangi hasil panen tahun ini, meskipun kerusakan sepenuhnya
belum jelas.
Menurut Indeks Harga Beras Organisasi Pangan dan Pertanian
(FAO), harga beras global telah melonjak ke level tertinggi dalam hampir 12
tahun terakhir. Harga beras melayang di level tertinggi satu dekade, dengan
masa depan beras di perdagangan terakhir pada US$15,98 per berat seratus (cwt).
Selain beras, laporan Fitch juga mengutip jagung dan kedelai
di antara tanaman utama yang ditanam di Mongolia Dalam, Jilin, dan
Heilongjiang, yang terkena dampak risiko banjir. China diperkirakan akan
mengimpor lebih banyak biji-bijian tahun ini dibandingkan tahun lalu.
Posting Komentar untuk "Negara-Negara Korban "Malapetaka" Baru Bumi: Inggris-China"